Retnamudiasih.com – Berbicara tentang Museum Gunung Merapi, hal pertama yang diingat apa hayoo? klo saya sii misterinya. hahahhaa. Masih inget gak? dulu itu ada sebuah film yang berjudul misteri Gunung merapi, nah kalau mau tahu saya itu pemainnya *ngakungaku* .Menurut saya waktu itu amat sangatlah horor entah filmnya maupun pemainnya.
Dan lagi nih, menurut Mbah Marijan (alm) sendiri di Gunung Merapi, selain terdapat sebuah kerajaan ghaib, keangkeran lainnya adalah pasar dedemit yang bernama Pasar Bubrah. Tempat ini merupakan pasarnya para makhluk halus, yang dapat dilihat pada setiap malam jum’at. Pada saat itu, jangan heran bila akan terdengar keramaian layaknya sebuah pasar malam di puncak gunung ini. Oke, cukup cukup, mari kita tinggalkan kengerian ini.
Yukk, mendingan ke Museum Gunung Merapi (MGM). Disini jauh dari kata ngeri apalagi serem. Ini merupakan pertama kalinya saya dipertemukan dengan maklampir..lohhh *ngaco*. Ini pertama kalinya saya masuk Museum Gunung Merapi setelah lama akibat Merapi meletus ditahun 2010.

Museum Gunung Merapi (MGM) merupakan salah satu lokasi wisata favorit di Kabupaten Sleman, museum ini tidak hanya menyajikan berbagai koleksi sejarah tentang Gunung Merapi, tetapi juga menyajikan berbagai informasi terkait gunung berapi yang ada di seluruh dunia. Maka tidak heran jika di musim liburan museum ini bisa dikunjungi hingga 3000 pengunjung per harinya.

Hari Sabtu, (19/11/2016) kemarin bersama dengan komunitas blogger jogja dan admin social media jogja diberi kesempatan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman untuk mengeksplore dan menjelajahi isi museum gunung merapi yang ada di Jalan Kaliurang KM 22, Sleman, Yogyakarta.
Ternyata Museum Gunung Merapi (MGM) ini selalu ramai dikunjungi para wisatawan, kebetulan banyak juga pelajar ataupun mahasiswa Jogja yang datang berombongan dari berbagai kota.

Museum Gunung Merapi sendiri mulai dibangun sejak tahun 2008, kemudian mulai dibuka untuk umum di tahun 2010, museum yang berada di lereng gunung merapi ini memiliki koleksi yang cukup lengkap, mulai dari miniatur gunung merapi, informasi tentang gunung merapi mulai dari tahun 60-an, benda-benda terdampak korban letusan gunung merapi, film dokumenter gunung merapi hingga berbagai peralatan yang digunakan BMG untuk memantau aktivitas gunung merapi.
Tampak halaman depan Museum Gunung Merapi (MGM) yang sangat luas dan terawat, sebuah museum yang tidak hanya menyajikan benda-benda sejarah, namun juga berkonsep alam.

Visualisasi Garis Imajiner di Museum Gunung Merapi
Di Jogja ada sebuah mitos yang cukup terkenal, konon antara Pantai Parangtritis, Kraton Jogja, dan Gunung Merapi dihubungkan oleh sebuah garis lurus yang disebut sebagai garis imajiner. Setelah di cek melalui foto satelite ternyata mitos tersebut terbukti kebenarannya, hal ini kemudian banyak ditafsirkan sebagai sebuah lambang keseimbangan antara laut dan gunung serta antara air dan api, garis imajiner ini juga ditasfsirkan sebagai tahapan perjalanan manusia dari mulai masih dalam kandungan (dari laut), dewasa & membangun rumah tangga (kraton), hingga kembali ke sang pencipta ( di langit).
Visualisasi dari garis imajiner ini digambarkan secara epic di Museum Gunung Merapi dan menjadi salah satu spot favorit saya.
saksi bisu kedahsyatan erupsi merapi

Saksi bisu dari kedahsyatan awan panas dari erupsi gunung merapi, sepeda motor ini tidak sempat dibawa oleh pemiliknya yang terlebih dahulu menyelamatkan dirinya dari kejaran awan panas.

Tarif Tiket Masuk dan Jam Buka Museum Gunung Merapi
Untuk masuk ke Museum Gunung Merapi sendiri pengunjung hanya perlu membayar tiket masuk Rp 5 ribu untuk satu orang, dan untuk tiket menonton film “Mahaguru Merapi” Rp 5 ribu per orang. Museum Gunung Merapi buka setiap hari Selasa-Minggu (Senin tutup) untuk jam pelayanannya mulai dari jam 08.00 – 15.30 WIB.

Akses Menuju Museum Gunung Merapi
Untuk menuju lokasi Museum Gunung Merapi bisa ditempuh dengan kendaraan pribadi, baik roda 2 maupun roda 4, bisa juga dengan bus untuk kunjungan study tour atau fam trip. Untuk akses transportasi umumke museum gunung merapi sendiri belum cukup memadai dan tidak saya rekomendasikan. Namun jika terpaksa bisa di tempuh dengan menggunakan bus jalur Jogja – Kaliurang.