Retnamudiasih.com – Banyak yang bilang kalau pasangan berjodoh itu wajahnya mirip kita? ah masak sih, kita nggak. Jangankan mirip, secara body aj kita jauh booo. Eitss tapi, secara hobi kita dekat. Sebagai dua anak maunisa lulusan Teknik Informatika, profesilah yang sebenarnya membuat kami saling mengenal dan menemukan satu sama lain.
Selain kadang autis didepan laptop kami juga punya hobi yang lebih unik dari seorang avatar sebagai penyeimbang dunia. Yaitu menghilang dari dunia maya dan muncul diatas ketinggian 2.565 mdpl. Hhaaaahahah

Kalau dibilang romantis, kami sama sekali tidak pernah melakukan hal-hal romantis seperti kebanyakan orang pada umumnya. Tapi kami adalah pasangan yang saling mensupport satu sama lain dan kompak limited edition.

Lebih dari itu kita juga kadang nih, kadang suka nekat pergi jauh dari rutinitas dunia maya dan tiba-tiba udah ada di Bandara, maupun suatu negara, hanya untuk check-in, update di Instagram, dan media sosial lainnya yang butuh asupan kegiatan kami sehari-hari…uluuuhh..uluhhh

Banyak yang bilang, kami berjodoh karena kegilaan serta kekompakan kami yang tiada duanya, namun bagi saya hal itu bullshit, yang bener saja? kita ini awesome dibilang gila, luar byasa mereka ini kalau berkomentar.
Orang yang paling saya sayang?
“Jelas yang pertama orang tua saya dong, hikssss, mereka yang telah membesarkan serta mendidik saya hingga hafal Pancasila. Sekaligus bikin baper -saat saya dilamar pacar waktu itu..wuwaaaa tidakss
Sebenarnya banyak banget sih orang yang saya sayang, baik itu keluarga, saudara, tetangga, maupun gebetan, ehhh. Hanya saja nggak mungkin bangets saya ulas satu persatu, dari Lek A si penjual kerupuk yang suka ngasih gratisan, trus Om B yang suka nraktrir makanan, atau si Bulek C yang hobi banget ngajakin makan soto di dekat Rel kereta Api. Ahhh, sungguh saya begitu sayang mereka, more than everything.
Suami saya, yang hampir sepuluh bulan hidup bersama dalam suka duka. Orang yang selalu tabah dan sabar sama istrinya, bagaimana tidak? menggantikan peran orang tua saya itu tidak gampang, orang tua saya aj nyerah melambaikan tangan ke kamera. Eh tapi dia pantang menyerah. Hahhahahaa
Mau tau alasan saya begitu sayang suami?
Kalau kagak sayang suami sendiri, trus suru sayang siapa, suami tetangga gitu? hahahhaa. Saya sih selau percaya bahwa rumput tetangga TAK seblink-blink rumput sendiri. Meski suami saya nggak seganteng Bradpitt, gak secute Chanyol ‘Exo’ tapi bagi saya dia adalah separuh hidup saya…ecieee
Ya gimane, dia BAIK, emang sih agak klise kalau dibilang dulu awal saya jatuh cinta karena kebaikan. Saya sebagai salah satu perempuan yang gampang baper, gimana gak luluh hatinya kalau tiap hari dibaikin, ehh sebenarnya bukan dibaikin sih, tapi lebih tepatnya di usilin.
Selain baik, keberadaanya selalu bikin saya NYAMAN dan AMAN. Jelas kenyamanan ini merupakan hal yang mutlak diinginkan oleh setiap kaum hawa dimanapun kita berada. Perasaan nyaman itu pula yang membuat saya selalu ingin bersamanya meski panas, hujan, dan cuaca tidak karuan. hahaha.
Hal yang tak luput dari pencarian calon suami saya waktu itu adalah; Laki-laki yang BERBAKTI kepada orang tua dan mertua dan keluarga, Saya harus tahu bagaimana dia memperlakukan Orang tua, khususnya Ibu serta keluarganya. Dan sangat diacungin jempol, dia bahkan membuat saya kagum dengan sikap dan sifatnya. So, kadar sayang saya gak bisa diukur baik secara materi maupun apapun.
Bagi saya, dari awal kami pacaran hingga sekarang tak ada yang berubah. Dia tetaplah sosok sahabat, teman, sekaligus suami yang selalu bertanggung jawab, mengayomi keluarga, memberikan motivasi saat saya up and down, dan yang pasti dia juga membuat saya menjadi pribadi yang lebih baik, sabar, dan dewasa.
Hadiah ini sangat cocok untuknya, mau tahu?
Dia bukanlah seorang Pengusaha, atau bahkan artis. Bagi saya dia adalah seorang pahlawan keluarga yang selalu bertanggung jawab atas kelayakan hidup anak istrinya. Berbekal senjata andalan yakni; laptop setiap hari dia berkutit diantara script codingan, namun dia tak pernah lelah pun mengeluh, dia adalah seorang Programmer.

Laptop. Saya tahu betul laptop suami saya sudah soak sekali, entah baterenya yang udah minta ganti, atau RAM-nya minta upgrade, meski udah di upgrade tapi minta lagi, dasar ga tau diri *Plakkkkk. Tapi, tiap kali saya menawarkan beli baru, dia selalu bilang, nanti saja, gapapa ini masih bisa dipakai ko, dalam hati keras kepala.
Sebagai seorang programmer, laptop menjadi salah satu barang wajib yang harus dimiliki, terlebih kalau kita berdua suka bepergian. Fleksibilitas pada era sekarang menjadi faktor yang cukup berpengaruh terhadap pemilihan laptop yang di gunakan. Pada intinya laptop suami saya sudah pengen pensiun dan ganti yang baru.
Yang kadang saya suka miris melihatnya, ketika kami nongkrong dikafe cari wifi dan kopi, pasti dia langsung cari colokan, tau sendirilah baterenya bener-bener udah gak fungsi, sementara mimpi-mimpi menghasilkan banyak aplikasi masih sangatlah tinggi dibenak kami.
Sayangnya, saya selalu gagal membujuknya untuk segera ganti laptop dengan alasan ABCD and bla blaaaa, kadang hampir pengen pingsan saya membujuknya, padahal kalau saya minta dibelikan ini itu, dia langsung transfer dengan gampangnya. Sementara untuk kepentingan sendiri yang lebih urgent, selalu tidak di nomor satukan, dalam hati saya sedih dan berjanji, kelak saya ingin membelikan laptop untuknya. Saya akan berusaha bekerja lebih keras demi menghasilkan pundi-pundi dollar.

Semoga, secepatnya saya bisa membelikan laptop ini untuk suami saya, meskipun hanya sebuah laptop dan sebenernya dia pun juga sanggup untuk membelinya sendiri. Namun, bisa memberikan apa yang dia butuhkan jelas lebih bermanfaat, daripada memberikan apa yang dia inginkan.
Laptop ini, saya rasa tidak ada apa-apanya dibanding rasa cinta, perjuangan, pengorbanan dia mendapatkan saya, serta kebaikan-kebaikan hatinya yang telah diberikan selama ini pada Saya. Sekarang, saya yakin betul, memang dia tak hanya layak mendapatkan hati saya, tetapi demi profesi dan masa depannya. Dia juga Layak mendapatkan apa yang seharusnya dia dapatkan.