Retnamudiasih.com – Minggu di awal bulan Februari kemarin, menjadi minggu yang sangat melelahkan bagi Saya pasalnya, selain harus mengerjakan pekerjaan rumah, di akhir pekan juga masih ada beberapa kerjaan yang menumpuk dan harus terselesaikan segera. Terbesit keinginan untuk jalan-jalan ke suatu tempat yang masih virgin dan belum di jamah oleh para alayers yang saat ini menjamur di Media social, namun belum juga menemukan tempat untuk berlabuh siang itu, akhirnya saya browsing & menemukan spotunik yang bisa dikunjungi kapanpun kita mau. Namanya laut bekah, konon menurut cerita yang saya baca dari internet pesona keindahan di laut bekah ini masih alami dan indah. Penasaran banget nih, seperti apa lautnya?
Berutung kami tidak tersesat, karena kebetulan 1 dari teman kami pernah camping di laut tersebut, ngomong-ngomong saya bingung nih ada yang nyebut pantai ada juga yang nyebut laut, buat enaknya kita sepakati laut aj ya guys 🙂
Kira-kira perjalanan kami menuju laut bekah sekitar satu jam lebih dari Jogja, mengingat Jl.Paris yang begitu ramai di hari libur sehingga membuat kami harus sabar untuk segera sampai tujuan. Laut Bekah sendiri terletak di Padukuhan Temon, Desa Giripurwo, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Gunungkidul.
Mau tau jalanan paling absurd yang kami lalui kemarin? kalau kalian pikir jalanan menuju Laut Bekah ini mulus kayak pahanya cherybelle ternyata begitu memasuki jalan dusun nih, eeeh busettt jalan dusunnya PANJAAAANG sekali sodara sodara. Jadi kita kudu melewati sebuah desa gitu trus lewat desa lagi, baru itu naik ada makam disamping kiri jalan, naik trus sampai yang terlihat Cuma lading-ladang dikiri kanan jalan. Kondisi jalanan rusak-rusak.

Sampai di desa Temon, desa terakhir sebelum Laut Bekah. Naik dari desa Temon masih jauh, sampai nanti kalian menemukan fakta ngenes bahwa ternayata jalan dusunnya berakhir di suatu tempat dan Laut Bekahnya masih jauh sekitar 2 kilo lagi lah mungkin. jalanan semuanya batu guys! Mending kalo batunya hancur kecil-kecil, ini mah batu karang-karang karbonat yang tajem tajem itu. At that moment, saya mikir lamaaaaa banget. Ampe beberapa kali bilang, yakin gak nih mas kita kesini? Jalanan ancur gak karuan, belum lagi kalau hujan, udah pasti ban mobilnya bakalan mbelesk disitu. Nah yang paling pekat nih, bauk kotoran sapi, kerbau, mengiringi perjalanan kami kemarin. Komplet bener pokoknya

Namanya Blusukan jalanan jelek bukan halangan, justru semakin pelosok dan jarang dijamah wisatawan namun tempat wisatanya berkelaslah yang menjadi idaman para blusukers.
Tapi beneran awful sekali kemarin jalannya. Coba saja seminggu sebelumnya saya tidak jogging tiap pagi, sudah pasti makin keram kakinya. Setelah melewati jalan dusun yang begitu panjang, kami sempat bertanya pada ibu-ibu warga sekitar menanyakan apakah laut bekah masih jauh bu? Tidak mb, di depan lagi sampai. Ekspektasi saya kalau sebentar lagi, paling tidak 5-10 menit kami sudah bisa melihat air laut.
Namun setelah 10 menit berlalu, tak juga kami temui laut bekah, mulai pesimis dan berfikir kenapa gak sampai-sampai nih? Hohh jalannya gak habis-habis, pesimis udah ada niat pengen balik aja sih, daripada keburu malam. Tapi akhirnya harapan kami kembali ketika menemukan plang ini.


Dari palang ini, kami parkir mobil dan masih berjalan menuju laut bekah. Jalannya pun lumayan jauh lho guys, sepanjang jalan kami berfoto-foto ria biar tidak terlalu capek. Disepanjang jalan banyak kita temui warga yang sedang rockfishing, semacam mancing lobster gitu lah, dan ada juga yang cari rumput untuk hewan ternaknya.


Finally, kami sampai diperbatasan jalan yang bercabang, ternyata ada dua tempat guys, yang satu namanya Laut Bekah, satu lagi namanya Laut Pecis. Pemandangan tebingnya dari Tebing Pecis lebih bagus. Dari Laut Bekah ke Pecis kudu jalan kaki sekitar 100 meter melewati karang-karang dan semak-semak gitu. Akhirnya kami memutuskan ke laut bekah terlebih dahulu.

Dan, capek saya hilang ketika disuguhi pemandangan nan biru, laut lepas, lengkap dengan angin yang bertiup semilir khas jam 3 sore. Banyak orang di sini cuman pengan liat sunset sambil melepas penat.


Anyway, imho, emang sih tempatnya keren, cocok banget buat ngelamun berlama-lama..
Berselfia ria menunggu sunset, atau barangkali mau pre wed disini nih? Bisa banget? Bener-bener gak rugi kami sampai ditempat ini, pesonanya memukau, dan alamnya pun masih amat sangat hijau.
Setelah puas menjamah alam di laut bekah, kami pun melanjutkan perjalanan menuju pantai pecis untuk berburu sunset. Di pantai becis pemandang juga tidak kalah menarik, dan yang pasti juga masih sepi banget dari pengunjung. Hanya ada kami berempat, 1 warga asing, 2 anak hits yang lagi pada alay. So, tunggu postingan tentang laut pecis berikutnya ya guyss !!
Setelah baterei kamera serta hp kami di ambang sekarat, kami memutuskan untuk pulang. Meski harus melewati jalanan yang naik turun kembali, serta dusun yang panjangg tadi, biarkan kami membuat tagar anti mainstream #kamitidakcapek 🙂
Oya, untuk dapat melihat keindahan laut bekah, saat ini belum dikenakan biaya retribusi wisata maupun biaya parkir, jadi masih GRATIS. Untuk fasilitasnya pun lumayan bagus, sudah tersedia toilet di pucuk bukit dan juga beberapa pondok bambu yang nyaman, hanya saja belum ada penjual di sekitar laut bekah dan pecis ini. Benar-benar blusukan yang ramah kantong bukan?
Sangat disarankan jikakalau ingin pulang dari tempat ini jangan terlalu malam karena akan sulit melihat jalan serta melewati jalanan yang terjal. Pencahayaan satu satunya adalah dari lampu kendaraan yang kita pakai.
Selamat berburu spotunik guys!
1 thought on “Laut Bekah Gunung Kidul, Pesona Keindahanmu Terverifikasi”