Retnamudiasih.com – Tidak mudah memang melupakanmu. Namun, apalah artinya bertahan dalam perasaan yang membuatku semakin tidak karuan. Apalah artinya menjaga harapan yang hanya melahirkan sesak demi sesak kemudian.
Melupakan Seseorang yang pernah kukenal dengan perasaan terdalam. Orang yang dulu begitu baik, namun nyatanya melukai kemudian. Bagimana mungkin tiba-tiba menghilangkanmu dari ingatan? Sama sekali bukan hal sederhana.
Terluka…
Semua luka akan sembuh, tapi tidak semuanya akan hilang.
Beberapa luka akan menyisakan bekas -tanda bahwa sebuah peristiwa pernah ada. Memang tak ada lagi darah, nanah, daging yang terkoyak, atau kulit yang tersayat. Tapi jejak terlanjur terpacak dan manusia biasa tak bisa mengulang waktu untuk kembali ke masa lalu.
Benar kita bisa melupakan saat-saat bersedih dan terluka, tetapi sakitnya akan terkenang ; dada yang perih, perasaan yang tak pernahcukup diwakilkan pada kata-kata.
****
Tapi, segala hal yang sudah berakhirnya. Memang selayaknya ditinggal. Meski membawa luka yang membekas di hati akan membuat perasaan tersakiti berkali-kali. Hanya saja, barangkali patah di hati adalah bagian hidup yang memang wajar dijalani.
Aku hanya ingin pindah. Meski merangkak sedikit demi sedikit. Meski melangkahkan kaki berakit-rakit. Ada baiknya kamu membantu usaha melupakanmu, dengan tidak lagi menemuiku sementara waktu.
Melupakan seseorang yang terus saja memaksa bersama, susahnya berakali-kali lipat. Saat kita memilih mengakhiri segalanya. Tolonglah dengan pengertian, beri aku ruang untuk memulihkan segala luka. Perasaan sedih yang harus kutanggung sendiri. Luka yang harus kupulihkan sendiri.
Jangan datang lagi mengisi hari-hari. Setidaknya sampai semua perasaan ini benar-benar biasa saja kembali. Kamu sudah memutuskan hal yang kujaga dengan sungguh. Bukankah lebih baik kamu menjaga jarak dulu, agar perasaan terluka ini kembali utuh.
Percayalah, semua ‘luka’ akan sembuh, pada saatnya.
Terinspirasi dari perasaan hati, @Dsuperboy