Napak Tilas, Wisata Candi & Budaya

Sekilas Tentang Petilasan Gunung Gambar Di Ngawen Gunung Kidul

Retnamudiasih.com – Salah satu destinasi wisata alam yang sekaligus memiliki nilai sejarah dan bisa menjadi wisata spiritual adalah wisata Gunung Gambar yang terletak di Padukuhan Gunung Gambar. Selain merupakan tempat yang memiliki nilai sejarah, pemandangan sekitar yang terlihat juga memukau. Terlihat beberapa gunung dan juga obyek wisata yang tidak jauh dari terlihat dari puncak petilasan gunung gambar tersebut.

Tidak hanya menawarkan panorama alam serta perbukitan, berkunjung ke bukit setinggi 650 mdpl ini juga akan membawa suasana napak tilas perjuangan Raden Mas Said, seorang bangsawan dari Surakarta yang menentang dan memberontak kepada Susuhan Pakubuwono II. Penasaran kan ceritanya? dan dimana tempatnya? baiklah akan saya ceritakan tentang petilasan gunung gambar yang terletak di ngawen tersebut.

petilasan-gunung-gambar-gunungkidul-diy
Nah diatas sana tu petilasan gunung gambar berada

Menurut cerita tutur masyarakat setempat, dari tempat pertapaan di Gunung Gambar tersebut, RM Said mengatur strategi peperangan dalam menjalankan perjuangannya dalam melawan VOC yang telah menindas & semena-mena terhadap rakyat dan kerajaan.

komputerPerjuangan melawan VOC Pakubuwono II dan VOC diikuti pamannya Pangeran Mangkubumi. Dalam sejarah, melalui Perjanjian Giyanti (1755), Kerajaan Mataram akhirnya dipecah menjadi 2 bagian, wilayah barat diberikan kepada Pangeran Mangkubumi yang kemudian mendirikan pusat pemerintahan di Yogyakarta dan kerajaannya bernama Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Sementara wilayah timur tetap dikuasai Susuhunan Pakubuwono II dengan pusat pemerintahan di Surakarta.

Melalui Perjanjian Salatiga (1757), RM Said diberi kekuasaan memimpin sebuah kerajaan otonom yang dikenal dengan nama Praja Mangkunegaraan di Kartasura. Sebagai pendiri wangsa Mangkunegaran, RM Said kemudian bergelar Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I.


Pangeran Sambernyawa terlahir dengan nama RM Said di Kraton Kartasura pada 7 April 1725. Ia merupakan putra Pangeran Arya Mangkunegara (putra Amangkurat IV) yang diasingkan Batavia kemudian ke Srilanka oleh VOC. Ia berperang melawan penguasa Mataram dan VOC selama kurang lebih 16 tahun.

Baca Juga  Jejak Kisah Sunan Kalijogo Di Luweng Sampang

Selama tahun 1741-1742 beliau berperang memimpin pemberontakan laskar Tionghoa bersama Raden Mas Garendri (Sunan Kuning). Akibat dari pemberontakan ini adalah robohnya tembok kraton Kasrtosuro. Saat itu Raja Mataram yang masih dijabat Pakubuwono II memilih untuk melarikan diri ke Ponorogo. Kemudian selama 1743-1752 ia berperang melawan Mataram dan VOC bersama Pangeran Mangkubumi.

Selain dikenal sebagai RM Said juga mendapat julukan Pangeran Sambernyawa. Karena dalam setiap peperangan RM Said selalu berhasil melumpuhkan musuh-musuhnya dan dipandang sebagai panglima petempur pencabut nyawa lawan. Makan Gubernur VOC Nicolass Hartingh memberikan julukan tersebut.

Dari cerita tutur masyarakat Ngawen juga diperoleh kisah, Pangeran Sambernyawa berada di garda depan pemberontakan terhadap Belanda dan diawali dengan ditunjuknya sebagai Panglima Perang hingga suatu ketika ia menempati Gunung Gambar sebagai tempatnya bertapa sekaligus sebagai tempat mengatur strategi peperangan terhadap VOC.

Dibalik kisah heroik Pangeran Sambernyawa, terdapat cerita romantis. Pangeran Sambernyawa memperistri seorang gadis petani dari Dusun Matah, Desa Singodutan, Selogiri, Wonogiri. Gadis desa yang diperistri Pangeran Sambernyawa tersebut kemudian dikenal sebagai Raden Ayu Patah Ati, atau ada juga yang menyebutnya Matah Ati. Saat lahir, ia dinamai Rubiyah, dan pada saat itu Dusun Matah masih dikenal dengan nama Puh Kuning. Ayah Rubiyah adalah seorang pemuka masyarakat bernama Kyai Kasanuriman. Kisah keduanya kini dibuktikan dengan keberadaan salah satu tempat wisata spritual di Wonogiri, yakni Sendang Siwani.

Hingga saat ini, RM Said maupun Raden Ayu Matah Ati dihormati sebagai tokoh pendiri Kabupaten Wonogiri. Makam Raden Ayu Matah Ati yang ada di Gunung Wijil, dan makam ayahnya yang ada di Dusun Karangtengah, Desa Jaten, Selogiri, menjadi salah satu tempat ziarah berbagai kalangan masyarakat.

Baca Juga  Yuk Intip! Ada Apa Aja Sih Di Dalam Monumen Jogja Kembali Ini

Kades Kampung Kecamatan Ngawen Suparna menjelaskan sekelumit cerita tersebut. Ia menuturkan, cerita tersebut diyakini warga menjadi bukti keistimewaan tempat wisata spritual Gunung Gambar ini.

Lokasi pertapaan Pangeran Sambernyawa sekilas dapat terlihat dari kaki bukit. Puncak bukit batu yang dikenal sebagai Gunung Gambar terdiri dari tonjolan batu hitam di atas bukit. Setelah melalui pintu gerbang bergaya Surakarta terdapat jalan setapak yang dapat langsung menuju puncak Gunung Gambar.

Dahulu kala wilayah Ngawen ini bernama Kapanewon Ngawen, suatu wilayah enclave (daerah/negara dikelilingi daerah/negara lain) yang masuk dalam Kawedanan Wuryantoro, yang kemudian masuk ke dalam bagian wilayah Praja Mangkunegaran. Dalam sejarah di era Republik Indonesia, guna peningkatan pembinaan wilayah Ngawen dialihkan statusnya masuk menjadi bagian wilayah Kabupaten Gunungkidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Ini terjadi pada era Presiden pertama Ir. Soekarno berdasarkan UU Darurat No. % Tahun 1957, yang menyatakan wilayah Ngawen dialihkan ke Kabupaten Gunungkidul.

Menarik bukan ceritanya? nah daripada cuma penasaran dan hanya bisa baca aj, mending napak tilas langsung kesana, dijamin bagus tempatnya dan yang pasti sarat akan sejarah budaya bangsa. Alamat petilasan gunung gambar ini berada di Padukuhan Gunung Gambar, Desa Kampung, Kecamatan Ngawen , Kabupaten Gunungkidul. Dengan ketinggian sekitar 200 mdpl, berjarak sekitar 20 km dari Wonosari.

gunung-gambar-gunungkidul
Istirahat sejenak melepas lelah
rumah-limasan-disekitar-petilasan-gunung-gambar-ngawen
Salah satu rumah limasan yang terletak di sekitar petilasan gunung gambar
lokasi-gunung-gambar-desa-ngawen
Viewnya sayang buat di lewatkan

Untuk dapat menuju petilasan gunung gambar, bisa dilalui dengan sepeda motor maupun mobil, tetapi kalian harus tetap waspada ya, karena kondisi jalannya belum bagus dan sangat curam. dan kelok-keloknya bikin adrenalin kalian terpacu deh. Namun walau begitu pemandangan dikiri kanan jalan sangat sayang sekali untuk dilewatkan.

petilasan-gunung-gambar-gunung-kidul
Batu diterminal gunung gambar yang dikeramatkan oleh warga

Sampai di pintu utama terdapat tempat yang agak luas untuk memarkir mobil maupun sepeda motor dan kita bisa jalan kaki menuju lokasi sekitar 300 meter melewati pintu utama .

Baca Juga  Sebuah Candi di Kampus UII, Bernama Candi Kimpulan
Gapuro-pintu-masuk-petilasan-pangeran-samber-nyowo
Gapuro Pintu Masuk Petilasan Pangeran Samber nyowo

Di puncak Gunung Gambar ada beberapa pendopo dan bangunan untuk istirahat sambil menikmati pemandangan yang indah di sekitarnya.

desa-ngawen-gunung-gambar
Foto-foto dulu ahhh 😀
jalan-menuju-gunung-gambar
Jalanan panjang yang akan membawa kita hingga puncak
Gunung-kembar-Dusun-Gempol-Desa Jurangjero-Kecamatan-Ngawen-Kabupaten-Gunungkidul
Suasana di sekitar gunung gambar ngawen

Dari puncak inilah kita bisa melihat kota Wonosari dan sekitarnya, begitu juga kota-kota yang berada di dekatnya seperti  Klaten serta Solo dari kejauhan bisa terlihat.

petilasan-gunung-gambar-ngawen
Sampai dipuncak juga akhirnya 😀

Selain itu juga terlihat Gunung Lawu di sebelah Timur terlihat berdiri dengan gagahnya bila cuaca sedang cerah.

gunung-lawu-terlihat-dari-petilasan-gunung-gambar
Terlihat sama-samar gunung lawu dari puncak gunung gambar

Semoga nilai sejarah yang ada di tempat ini menjadi daya tarik yang dapat terus dijaga dan juga harapan saya semoga petilasan gunung gambar ini dapat menjadi salah satu obyek wisata budaya yang bisa memajukan wisata di kota Jogjakarta !!

Sumber : swaragama.com


Tagged

12 thoughts on “Sekilas Tentang Petilasan Gunung Gambar Di Ngawen Gunung Kidul

  1. Ini adalah penuturan yg sesuai dengan sejarah masa lalu sehingga bs memberi arahan yg baik bagi generasi mendatang sehingga tidak melupakan kebesaran leluhurnya, Sejarah memang harus diungkap walau pahit dan getir kenyataannya…. Kalau boleh saya tambahkan sedikit bahwa Gunung Kidul dulunya adalah wilayah Nagari/Projo Mangkunegaran dan baru setelah masa kemerdekaan menjadi wilayah DIY. Dalam perjuangan RM Said melawan VOC, Kasunan Surakarta dan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat (yang pro VOC padahal sblmnya sama2 menentang VOC) ada seorang tokoh Gunung Kidul yang menjadi salah satu panglima perang RM Said bahkan menjadi orang ke 3 dari 40 Punggowo Baku Joyo setelah Tumenggung Kudonowarso dan Raden Sutowijoyo / Kyai Ngabei Ronggo Panambang yaitu Mas Ngabei Joyo Dikromo Gunung Wijil, Kampung Ngawen, Gunungkidul yang terkenal dengan sebutan “MACAN GUNUNG KIDUL” karena ketangguhan dan keperkasaannya di medan laga…. Terima kasih

    1. wahhh..matur nuhun mas sudah ditambahkan, saya sebenarnya juga tertarik sekali belajar sejarah, terlebih yang berada tidak jauh dari kehidupan dan tempat kita berada. Mengingat pengetahuan sejarah masih amat sangat minim sekali, diwaktu luang sering browsing baca2 juga demi menambah wawasan, tp alangkah lebih baiknya jika bisa mendengar penuturan langsung dari empunya 🙂

  2. Dulu kecil saya sering juga kesitu, tiap tahun kalau nyadran sekaligus ke Gn. Sumilir dan Alas Wonosadi. Tapi hari2 bisa juga sering kesekitar situ mencari rumput (ngarit). Ya begitulah kerjanya anak gunung nyari rumputnya jauh sampai ke puncak Gunung Gambar bahkan ke arah barat Pring Ombo dan sekitarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *